Akar F1 kuadrat+ F2 kuadrat + 2kali F1 kali F2 kali cos alfa... Rumus hompimpa alaium SEGAMBRENG itu ngider di sekitar otak gue. Pusing ngerjain soal yang gak kelar-kelar sedari tadi. Belom lagi apalan Geografi yang udah gatau ngacir kemana padahal baru diapalin siang tadi. Kantong mata keliatan lagi secara ajaib (ajaib yang gabisa ngeluarin baling-baling bambu -jayuuussss-) mata merah, muka kusut kecapean karena kurang tidur, rambut pun awut-awutan kayak anak kecil yang abis ngejar layangan putus di siang bolong, tapi justru yang paling ditakutin bukan gimana ngerjain soal UTS nanti tapi malah gimana tetap keliatan oke dengan menyebunyikan kantong mata yang udah belel setengah mati ini. Masih kepikiran hal lain??? oh engg deh, otak gue udah sesak dengan rumus identitas, perhitungan angka penting yang makin ga penting, dan hal remeh temeh salah satunya masalah baru putus ama cowok gue -hiks- belum lagi berat badan yang menanjak karena belajar sampai malem memang dibutuhkan cemilan ekstra untuk tetap melek, semua hal turut melengkapi derita.
Gue kira beginilah kehidupan tiap remaja SMA dimana-mana, tapi ternyata yang bikin ngiri, tiap sekolah punya sistem yang bedaaaa... ada salah seorang temen gue dari SMA yang lain (gausah disebutin nama SMA-nya) keliatan nyantai dan cuek abis ama sekolah... heeeyyyy, masa mudamu menyenangkan ya, tapi kita lihat masa depanmu hahaha...
Dan hidup semenderita ini (lebaaaayyy) hanya ada di SMANSASI,
Jadi kalian ngaku suka tantangan??? Jangan banyak ngomong begitu kalo masih ga berani masuk kesini... Atau, kalian ngerasa pemberani??? Coba untuk ikut test masuk sini... Tapi kalo merasa diri pecundang, pengecut dan ogah tantangan, jangan sama sekali pernah mengijak tanah sekolah ini... hawanya mengerikan (uuuhh berlebihan)
Oke, segini aja ya artikelnya... Karena gue harus menghapal ratusan rumus lagi untuk persiapan ulangan semester (ahhh lebay... 10 rumus aja sambil misuh2 ngapalinnya)
Hujan turun... perlahan-lahan membasahi etalase toko, membentuk titik-titik kecil yang mengalir bagai sungai buatan, aku tercenung, menarik napas, mendapati segelas kopi sudah habis dihadapanku...
Pandangan mataku tertuju pada seseorang, yang sudah kutunggu kehadirannya, bahkan selama 10 tahun terakhir... Ia memakai jaket tebal panjang selutut, memasukkan kedua tangannya kedalam saku, dan membenamkan mulut serta hidungnya bersama syal yang juga meliliti lehernya.
Oh, Tuhan, 10 tahun sudah aku menanti ini, dan 2 jam lebih awal menunggunya disini bukanlah suatu tantangan besar bagiku, 10 tahun menjalani hidup tanpanya samasekali bukan hidup...sudah puas aku menahan pahitnya tanpa cinta selama ini... Hingga Brussel mempertemukanku dengannya, akhir musim semi ini, ketika bunga-bunga Begonia bersemi indah layaknya permadani di Grote Markt Brussel, saat yang paling ditunggu tiap penduduknya... perhelatan bunga indah yang hanya digelar 4 tahun sekali
Kemarin ia baru saja tiba disini, dan aku berinisiatif mengajaknya bertemu, karena pertemuan beberapa waktu lalu saat musim semi, hanya pertemuan singkat...Kali ini aku akan bertanya banyak padanya... Menguapkan semua rasa rinduku padanya...selama ini
Ia berjalan mendekat, kuteliti tiap jejak langkahnya,masih sama seperti dulu, seperti 10 tahun yang lalu saat kali pertama menjejakkan kaki disekolah... Betapa aku telah menyia-nyiakannya, dan berakibat pada penyesalan panjang selama 10 tahun terakhir...
Ia menyebrangi jalan, kemudian mengatur langkahnya kearah kedai kopi, tempat dimana aku berjanji dengannya...tak lama tangan kanannya meraih daun pintu, mendorongnya perlahan dan kemudian menyebar pandangan untuk mencariku... Sungguh tampan ia... seperti malaikat yang turun dari langit ke tujuh... suci dan bersih... yang langkahnya disertai iringan musik klasik surga yang mempesona... yang matanya berwarna biru seperti langit cerah di musim panas, dan senyumnya menebarkan aura hijau yang memabukkan...
Matahari belum terlihat di ufuk timur kala gue sekeluarga berangkat dari rumah mbah di desa padon, Klaten... Ya, gue bukannya mau balik ke Jakarta secepat itu, karena gue akan pergi ke sebuah kota yang pernah menjadi kota paling bersejarah dimana pernah terjadi pertumpahan darah terbesar di negeri ini, demi mempertahankan satu kalimat yaitu "harga diri bangsa".... Hehehe, tapi sebenernya sih, tujuan gue ke Surabaya ini bukan mempelajari sejarahnya, melainkan ingin kiken-kiken niet kopen alias windows shopping, dan ngeliat jembatan suramadu yang konon katanya jadi jembatan terbesar se asia tenggara...well, perjalanan dimulai pukul setengah enam pagi, dan berakhir di hotel Satelit yang berada ditengah kota Surabaya....
Setelah mandi-mandi plus dan-dan dan-dan (maksaaaa) gue sekeluarga mulai berburu makan siang di kota yang mengambil nama dari pertarungan dua hewan di sungai kalimas ini... Dan perburuan terhenti di pinggir belantara jalan raya surabaya, di surabaya, gak asyik kan kalo tetep makan masakan padang?? naahh, makannya, kita coba yang namanya soto surabaya yang tersohor itu... Ternyata eh, ternyata soto surabaya rasanya memang maknyusss temenanan... Pantesan kedai soto yang berada dipinggir jalan ini disesaki pembeli padahal penjualnya mukannya gak enak tenan (gendut, pendek, item, keriting... haha... sorri mas...) tapi sayangnya bukan penjualnya yang dicicipi, jadinya pembeli ga mempersoalkan hal itu...
Usai isi perut, mulailah perjalanan kami di kota Surabaya. Pas lagi muter2 kota, kelihatan patung suro dan boyo yang sedang bertarung dari kejauhan, mobil mendekat kemudian gue, mama dan ade turun untuk berfoto dengan patung mbah suro dan eyang boyo (norax to the max) biar keliatan bener2 di surabaya... hahaha...
Sorenya, barulah kita jalan-jalan melintasi jembatan suramadu...Biarpun ada polisi berpatroli yang ngelarangin orang2 yang melintas berfoto diatas jembatan, tetep aja kita bisa nyolong sato foto diatas jembatan suramadu...
melewati jembatan ini, gue jadi inget kampung halaman di San Fransisco Amerika... heuheuheu...
hahaha,,,, by the way... gue tetep dapet satu potret bersama jembatan ini, walaupun agak takut juga dibubarin polisi patroli dan ngacir kayak banci dikejar kamtib... hahaha
Semalam menginap di Surabaya, akhirnya kita sekeluarga memutuskan untuk berangkat ke pulau Bali.
Emmmh, di Bali gue sem[et jalan-jalan ke Sanur, Kuta, Tana Lot sampe Bedugul, rasanya agak males juga cerita karena gue tau lo semua pasti udah pada tau Bali itu kek mana.Yang pasti, gue gak pake bikin di Bali, dosa ah hahahaha
"Pake kerudung gak ya?" Gue bergumam didepan cermin, lagi dandan buat siap-siap pergi ke acara buka bersama anak KanSas dirumah ka Nadwa...Setelah mikir agak lamaan, gue akhirnya memutuskan untuk memakai kerudung abu-abu, karena gue merasa, hampir semua anak KanSas itu alim-alim, dan kalo gue ikut buk-ber KanSas tanpa kerudung, gue bisa merasa kafir sendiri nanti....Gue mulai memakai kerudung abu-abu itu, perlahan, sambil memerhatikan muka bulet gue nan cantik... Setelag dipake, damn! ternyata gue jadi kelihatan begitu cantik, bagai artis-artis muslimah yang bermain dalam film KCB (dibaca: Ketika Cinta Bertasbih)... Wow, makin pedelah gue, singkatnya, momen ini akhirnya gue pakai untuk sedikit mengabadikan wajah cantik gue saat sedang berdandan muslimah... Hahahahah
Naaahhhh.... pendeknya, setibanya di rumah Ka Nadwa, gue girang banget karena ternyata firasat gue bahwa anak KanSas bakal pake kerudung semua itu BENER!! aduuuhh senangnya....
Sekarang, ini dia waktu berbuka...Yeaaaahhhh....
"Kemana aja lo?" Kalimat itu langsung ngedamprat gue kala gue baru aja tiba didepan SMA Negeri 1 Bekasi, tempat dimana anak-anak Deutsch Klub janjian ngumpul sebelum berangkat buk-ber dirumah Ka Tesa salah satu kakak kelas kita. Mata gue masih sayu, terlambat dateng karena ketiduran rasanya memang bukan sebuah alasan tepat, dan karena alasan itu pulalah gue kena damprat Ajeng cungkring dan Tiwi ndut (Duo sejoli super bawel) tepat didepan mesjid An Nabaa. Tapi untung aja, kakak2 kelas yang baik agak ngebelain gue (hehehehehe... padahal gue tau salah...)
Ternyata, mereka memang hanya tinggal nunggu gue seorang, dan saat gue dateng, kita anak-anak Deutsch Klub, segera melakukan konfoi motor untuk pergi ke perumahan tempat Ka Tesa tinggal... Emang dasar gue apes, gue yang seharusnya pergi ke perumahan Titian Kencana, malah kesasar sampe Irigasi Danita yang jauhnya bak sabang dengan Merauke... Alhasil, gue pun kelabakan, gue mulai menghubungi kak Tata untuk minta informasi mengenai rumah tempat kami bakal berbuka puasa... Sumpah gue lemes, waktu juga semakin mepet dengan jam berbuka,perut udah menjerit dan bodohnya gue tersesat di belantara perumahan Irigasi Danita (Woelah, lebayyy)...
Akhirnya, gue pun berhenti didepan SMP Negeri 1 tercinta, menunggu informasi selanjutnya dari ka Tata... Walhasil, setelah mengikuti petunjuk ka Tata, plus tanya kanan-kiri, gue berhasil tiba dengan selamat di rumah ka Tesa, amazingnya, gue yang nyasar, dateng lebih duluan dari ka Tata yang memberi komando....
Sambil nunggu buka, anak-anak Deutsch mengisi waktu ini dengan berfoto ria... Lihat, betapa manisnya muka-muka cantik ini, saat berfoto di ruang tamu rumah ka Tesa yang cukup nyaman dan harummm...
Kumandang azan dari TV akhirnya menghentikan aktivitas berfoto ria... Dan kamipun segera menghambur ke ruang makan tempat dimana makanan berbuka duduk rapi dan menggoda... Hahahaha, sebelum makan, ada baiknya berdoa dan berfotoooo....
Sikaaaattt...!!!!
Selesai berbuka dan solat magrib, kami adakan sedikit cengkrama, berhubung waktu mepet dan beberapa teman udah izin mau pulang, akhirnya acara buka bersama nan seru dan berkesan ini pun ditutup...
Huuuhhh.... Melelahkan memang, tapi semua rasa lelah sudah ditutupi dengan banyak kenangan menyenangkan bersama teman....
Tschuss!!!
Danke schon...
Pagi itu, ketika terbangun dari mimpi, hembus angin menyapa lembut wajahku...
Tercium aroma embun yang menitik di jendela kamar, basah dan sendu...
Matahari tak tampak, mengumpat dibalik kelabunya awan, dipinggir timur langit nan luas...
Aku hanya terdiam, duduk membisu diatas ranjang, tak berniat beranjak sedikitpun dari atasnya...
Ku lihat lagi dengan nyata mimpiku semalam, tentang segala keajaiban, tentang seluruh impian dan angan-angan, juga tentang dirimu...
Aku melihat kau didalamnya, bersatu dengan impian serta anganku, dibaur keajaiban yang Tuhan tiupkan didalamnya...
Begitu indah... Bagai dilukis dengan kuas emas dari surga...
Terlalu syahdu, seperti diiringi dentingan harpa para malaikat...
Aku ada, menunggumu berucap, satu kalimat yang kunanti... Yang merupakan anganku, yang akan menjadi keajaiban dalam hidupku... Dan mewujudkan segala impianku...
Bekasi, 09-09-'09
Pagi itu hari Jum'at tanggal 14 Mei 2009. Semua siswa kelas X SMA Negeri 1 Bekasi gak terlihat belajar dalam ruangan ber AC disekolah kita nan nyaman yang terletak di ruas jalan super macet AGUS SALIM, Bekasi. Bukannya belajar, kita malah kelihatan ngumpul di Islamic Center, menunggu Bus yang bakal membawa kita pergi ke Jakarta. Tapi, hoi!! jangan salah kaprah, kita gak hanya akan study tour biasa, karena kita seangkatan akan pergi untuk dilantik menjadi para perintis PERMATA BANGSA (ooh, betapa bangganya menyebut nama itu...). Lihat betapa bahagianya wajah-wajah gadis cantik perintis PERMATA BANGSA ini kala berfoto bersama sebelum keberangkatan ke museum Fatahillah, pagi jam 7.00
Akhirnya usai terlihat jepretan blitz pertama, kamipun naik ke bus, berhubung gue kelas X.1, maka gue dan seluruh anak X.1 lainnya masuk ke bus 1 dan mulai bercanda riang. Gue duduk bersama Yuka dan Fahmi (cowok super konyol yang jago ngebanyol). Sepanjang perjalana ke Museum Fatahillah (atau dikenal juga dengan sebutan "Museum Sejarah Jakarta") gue dan Yuka terus terpingkal mendengar ocehan Fahmi yang gak berenti ngebanyol. Tapi tetep, kita gak lupa untuk foto2 dan mengabadikan moment di dalam bus bersama...
Cepret2... Aduuhhhh,,,, kami yang narsis ini memang sungguh cantik ya hahahaha...
Bus berjalan santai, dan kami pun tiba di Museum Fatahillah tepat jam 10 pagi, dan seperti tradisi biasanya, kami juga gak lupa mendokumentasi pemandangan didepan Museum Fatahillah yang dulu merupakan Stadhuis Belanda tersebut...
Masuk kedalam, kita seperti ditarik kemasa kejayaan Negeri Orange ini di bumi pertiwi, didalamnya tersimpan puluhan lukisan yang menggambarkan bagaimana meneer2 Belanda memerintah dimasa itu. Penjara2 bawah tanah yang pengap tempat mereka menahan para pribumi yang berusaha memberontak, barang-barang yang pernah digunakan untuk keperluan pemerintahan, hingga potret para gubernur jendral VOC.
Setelah puas menyusuri sejarah kependudukan VOC, kita sekelas ngaso dulu, plus menunggu dibagikan makan siang (hahahah, kayak orang susah aja). Sambil ngaso, kita mulai jalan-jalan dan melihat-lihat barang-barang bersejarah yang berada diluar museum, salah satunya adalah sebuah meriam peninggalan portugis yang berbobot 7 ton. meriam ini memiliki tanda khas yaitu jempol terjepit yang melambangkan kesuburan (katanya...)
selain foto bareng meriam keramat, kita juga mengabadikan foto sekeluarga besar X.1, tapi sayang,teman kita Iccha Pradipta dan Naufal Andalu gak bisa ikut karena gak ada di TKP saat perintisan berlangsung. Tapi, suasana kekeluargaan tetap terasa diantara anak-anak X.I
Abis foto keluarga besar, kita mulai mengambil foto-foto bersama teman, salah satunya, foto bersama Fadhil,ketua kelas+ artis kelas X.I, rasanya sebutan artis kelas ini gak terlalu berlebihanlah dialamatkan buat Fadhil, coz dia ini memang manusia paling "kinclong" sendiri dikelas. Biar awalnya malu-malu, ternyata akhirnya Fadhil mau juga dikenai blitz kamera untuk mengabadikan moment-moment bersama ini..
Ternyata, foto ama Fadhil gak bikin gue puas bernarsis ria... Satu lagi, gue akhirnya berfoto bersama Faqih -_- atau yang lebih dikenal dengan Lim-nya X.I... biarpun agak ogah-ogahan pas difoto, tapi setelah dipaksa Yuka, mau juga dia mengabadikan satu momen dengan gue dalam memori kamera...
Gak asyik kan kalo kelamaan di Museum Fatahillah.... Dan akhirnya, ketika siang turun perlahan, bus rombongan berjalan menuju ke mesjid Istiqlal, mensjid agung tempat dimana presiden2 secara turun temurun solat di hari raya. Sambil nunggu cowok2nya solat Jumat, para cewek ngerumpi di bus, setelag itu mulai ikut solat dzuhur, gokiiilll, mesjidnya gede gilaaaa!!! jauh berbeda dengan mesjid An-Nabaa tercinta yang nongkrong di pelataran depan SMANSASI. Alhasil, mau solat pun kita akhirnya berputa-putar dulu mengelilingi Istiqlal saking noraknya ngeliat mesjid segede ini.
Jam menunjukkan pukul 13.30 saat bus akhirnya terparkir di sebuah jalan tepat di hadapan sekolah tua STOVIA yang kini sudah menjadi Museum Kebangkitan Nasional. Ditempat inilah para penggerak roda kebangkitan Nasional bersekolah dan berpikir akan nasib bangsanya yang tak kunjung berubah selama hampir 350 tahun, atas dasar balas budi kepada bangsa, anak-anak Indonesia yang diberi kesempatan belajar di STOVIA pun tak menyiakan kesempatan baik ini demi membantu membangun bangsa ke arah kemerdekaan. Sekarang, Museum Kebangkitan Nasional memuat berbagai alat2 kedokteran yang dahulu digunakan para siswa STOVIA untuk praktik. Dan katanya, gedung ini belum banyak dipugar sejak pertama kali didirikan (hanya dicat ulang dinding dan pintu2nya). Tapi serunya, didalam gedung ini, pengelola juga memasukkan suasana belajar di STOVIA zaman itu lengkap dengan patung-patung siswa yang belajar juga dosen yang sedang mengajar... Melihat situasi ini, virus "narsieus cameraius" mulai kembali menyebar, dan memori camera digital pun, harus rela dipenuhi berbagai moment mengasyikkan di Museum ini.
!
Cepreeeetttttt!!! Waw!!!!!!!!Ini dia potret diriku bersama salah satu tokoh perempuan cerdas Indonesia R.A.Dewi Sartika